Langsung ke konten utama

Medula Adrenal

Medula Adrenal

Anatomi Medula Adrenal

Embriologi

Greenspan dan Baxter (1995) menyebutkan bahwa medula adrenal berasal dari sistem saraf otonom simpatis pada fetus yaitu sel primitif krista neuralis. Pada minggu ke-5 masa kehamilan, sel ini mengalami migrasi dari ganglion spinalis primitif ke regio torakis untuk membentuk suatu rantai saraf simpatis di bagian bawah dan belakang dari aorta. Pada minggu ke-6 masa kehamilan, sekelompok sel ini bermigrasi lagi di sepanjang vena sentralis dan masuk ke dalam korteks adrenal sehingga membentuk medula adrenal di bagian tengah korteks yang dapat diketahui pada minggu ke-8 masa gestasi. Pada masa itu, sel dalam medula adrenal terdiri dari 2 sel yaitu simpatogonia (sel primitif krista neuralis) dan feokromoblas yang kemudian mengalami maturasi atau pematangan menjadi feokromosit atau yang sekarang disebut sel kromafin pada medula adrenal.

Anatomi Umum

Menurut Greenspan dan Baxter (1995), medula adrenal dikelilingi oleh suatu korteks yang kini dikenal dengan korteks adrenal. Medula ini menempati posisi sentral di bagian yang terlebar dari kelenjar adrenal dan hanya sebagian kecil yang meluas ke bagian yang lebih sempit dari bagian sentral kelenjar adrenal. Medula adrenal rata-rata memiliki berat sepersepuluh dari total berat kelenjar. Batas antara korteks dan medula adrenal tidak jelas.

Histologi

Menurut Junqueira dan Carnerio (2003), medula adrenal terdiri dari sel-sel parenkim polihedral yang tersusun berupa deretan atau kelompok yang ditunjang oleh serat-serat retikulin. Sel-sel parenkim ini merupakan sel yang merupakan modifikasi dari neuron pascaganglion simpatis yang telah kehilangan akson dan dendritnya selama masa embriologinya dan telah berfungsi sebagai sel-sel sekretoris. Greenspan dan Baxter (1995) menyebutkan bahwa sel parenkim ini disebut sel kromafin yang merupakan sel kolumner ovoid yang tersusun sebagai gumpalan atau tali yang mengelilingi vasa. Sel kromafin ini mempunyai inti sel yang berasal dari kompleks golgi yang berkembang baik. Sel ini mempunyai granula sekretoris padat-elektron berbatas-membran yang berdiameter 150-350 nm. Granula ini mengandung salah satu dari dua jenis katekolamin yaitu epinefrin atau norepinefrin. Granula ini juga mengandung ATP, protein yang disebut kromogranin yang bekerja sebagai protein pengikat untuk katekolamin, beta-hidroksilase dopamin yang berfungsi untuk mengkonversi dopamin menjadi norepinefrin. Epinefrin dan norepinefrin disekresi oleh dua jenis sel yang berbeda. Junqueira dan Carnerio (2003) menyebutkan bahwa sel penyekresi epinefrin mempunyai granula yang lebih kecil, kurang padat-elektron, dan isinya memenuhi granula, sedangkan sel yang menyekresi norepinefrin mempunyai granula yang lebih besar dan lebih padat-elektron, isinya berbentuk tidak teratur. Namun, Ganong (2005) menyebutkan bahwa sel yang menyekresi epinefrin memiliki granula yang lebih besar, sedangkan norepinefrin memiliki granula yang lebih kecil. Sekitar 90% dari medula adrenal adalah tipe sel yang menyekresi epinefrin, dan 10% adalah yang menyekresi norepinefrin. Pada medula adrenal juga terdapat sel ganglion simpatis yang tunggal maupun berkelompok.

Inervasi

Greenspan dan Baxter (1995) menyebutkan bahwa sel medula adrenal diinervasi oleh serat-serat praganglion dari sistem saraf otonom simpatis yang pada bagian ujungnya melepaskan neurotransmiter asetilkolin. Serat saraf ini keluar dari pleksus pada kapsul kelenjar adrenal dan kemudian masuk ke dalam kelenjar dalam bentuk gumpalan saraf tanpa ada sinaps. Saraf tersebut mengikuti vasa yang masuk ke medula adrenal.

Vaskularisasi

Menurut Greenspan dan Baxter (1995), kelenjar adrenal mendapat perdarahan dari arteri adrenal superior, media, inferior yang merupakan percabangan dari arteri frenikus inferior yang langsung dari aorta dan arteri renalis. Arteri-arteri ini membentuk suatu pleksus pada bagian kapsul dari kelenjar adrenal dan kemudian bercabang lagi masuk ke dalam korteks dan sejumlah kecil akan masuk ke dalam medula. Medula adrenal juga diperdarahi oleh cabang-cabang arteri yang memasok ke vena sentralis. Arteri kortikal panjang menembus bagian korteks sampai ke bagian medula adrenal.

Fisiologi Hormon

Sintesis

Greenspan dan Baxter (1995) menyebutkan bahwa katekolamin disintesis dari prekursor katekolamin, yaitu tirosin. Pertama, konversi tirosin menjadi dopa (dihidroksi fenilalanin) oleh enzim tirosin hidroksilase. Kemudian, konversi dopa menjadi dopamin oleh enzim dekarboksilase (aromatik L-asam dekarboksilase). Selanjutnya, konversi menjadi norepinefrin oleh dopamin β-hidroksilase. Terakhir, konversi NE menjadi epinefrin oleh PNMT (feniletanolamin N-metiltransferase).

Penyimpanan

Greenstein dan Wood (2010) menyatakan bahwa katekolamin disimpan dalam granula-granula bersama dengan protein yang larut dalam air yang disebut kromogranin, ATP, kalsium, dan magnesium.

Sekresi

Menurut Marks et al. (1996), katekolamin disekresi karena adanya rangsangan berupa berbagai stres, yaitu nyeri, pendarahan, olahraga, hipoglikemia, dan hipoksia. Pengeluaran tersebut diperantarai oleh transmisi impuls saraf yang diinduksi oleh stres yang berasal dari inti adrenergik di hipotalamus. Proses sekresinya melalui eksositosis dengan cara pengeluaran isi dari granula-granula ke dalam sirkulasi darah.

Transpor

Greenspan dan Baxter (1995) menyebutkan bahwa katekolamin ketika dilepaskan ke dalam sirkulasi darah akan berikatan dengan albumin atau berikatan erat dengan protein yang berafinitas rendah dan berkapasitas tinggi. Menurut Ganong (), Katekolamin memiliki waktu paruh dalam plasma sekitar 2 menit.

Metabolisme dan Inaktivasi

Greenstein dan Wood (2010) menyatakan bahwa katekolamin dimetabolisme secara ekstraseluler di dalam hati oleh katekolamin-O-metiltransferase (COMT), serta secara intraseluler oleh monoaminoksidase (MAO) menjadi asam 3,4-dehidroksimandelat dan dapat digunakan kembali. MAO terletak dekat dengan reseptor di tempat epinefrin dan noreepinefrin bekerja. Menurut Marks et al. (1996), di jaringan lain (ginjal dan hati) dapat menyerap katekolamin dalam darah, COMT dan MAO bekerja sama untuk membentuk VMA (asam 3-metoksi 4-hidroksimandelat atau vanilil mandelat). Ganong (2005) menyebutkan bahwa katekolamin di ekskresi melalui urin, 50% dalam bentuk metanefrin dan normetanefrin, 35% dalam bentuk VMA, sisanya NE dan E bebas. Marks et al. (1996) menyatakan bahwa, katekolamin bebas juga dapat diinaktifkan melalui proses konjugasi yang dilakukan terutama di hati dan usus. Gugus hidroksil pada cincin fenol dapat dikonjugasikan dengan sulfat atau glukoronida.

Mekanisme Kerja

Greenstein dan Wood (2010) menyatakan bahwa katekolamin berfungsi melalui dua jenis reseptor utama pada membran plasma sel target yaitu reseptor adrenergik α dan β. Setelah berikatan dengan reseptor, katekolamin membutuhkan second messanger protein G untuk mengaktivasi adenilat siklase yang akan menimbulkan efek pada sel target. Menurut Sherwood (2001), efek yang terjadi pada sel target secara umum adalah sebagai berikut:
  • Di hati, sel adiposa, sel otot rangka, dan sel A dan B pankreas secara langsung mempengaruhi metabolisme bahan bakar.
  • Merangsang mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak sehingga tersedia energi yang dapat segera digunakan oleh otot dan juga menekan sekresi dari insulin untuk tetap terjadi metabolisme guna meningkatan cadangan energi dalam tubuh.
  • Meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan cara glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati dan otot rangka.
  • Meningkatkan curah jantung dan tekanan darah sistemik, yaitu perubahan hemodinamik yang mempermudah penyaluran bahan bakar ke jaringan yang aktif secara metabolik.
  • Menyebabkan pengeluaran keringat yang membantu tubuh mengeluarkan panas akibat meningkatnya aktivitas otot.

DAFTAR PUSTAKA

  • Ganong, W.F., 2005. Medical Physiology Textbook (22th ed). Pendit, B.U. 2006 (Alih Bahasa), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Greenspan, F.S., Baxter, D.B., 1995. Basic and Clinical Endocrinology (13th ed). Wijaya, C., Maulany, R.F., Samsudin, S. 2000 (Alih Bahasa), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  • Greenstein, B., Wood, D., 2010. The Endocrin SystemAt a Glance(3rd ed). Singapore: John Wiley and Sons (Asia) Pte Ltd.
  • Junqueira, L.C., Carnerio, J., 2003. Basic Histology: Text & Atlas (10th ed). Tambayong, J. 2007 (Alih Bahasa), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  • Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M., 1996. Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach. Pendit, B.U. 2000 (Alih Bahasa), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Pearce, E.C., 2009. Anatomy and Physiology for Nurses. Handoyo, S.Y. 2009 (Alih Bahasa), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Sherwood, L., 2001. Human Physiology: From the cell to system (2th ed). Pendit, B.U. 2001 (Alih Bahasa), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Tortora, G.J., Derrickson, B., 2011. Principles of Anatomy and Physiology (13th ed). Singapore: John Wiley and Sons (Asia) Pte Ltd.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transpot Protein dan Asam Amino pada Ginjal

Transpot Protein dan Asam Amino pada Ginjal  Struktur Fungsional Tubulus Ginjal  Menurut Tortora dan Derrickson (2011), tubulus ginjal merupakan bagian dari satuan fungsional terkecil dari ginjal, nefron, yang berfungsi untuk mengalirkan hasil filtrasi di kapiler gromerulus sampai diekskresikan. O’Callaghan (2006) menyebutkan bahwa fungsi tubulus adalah untuk mengubah komposisi filtrat glomerulus dan volumenya dengan cara reabsorbsi dan sekresi. Reabsorbsi sebagian besar terjadi di tubulus proksimal dan untuk kompensasi terhadap reabsorbsi yaitu sekresi yang terjadi di tubulus distal dan duktus kolektivus. Ada satu lagi tubulus yang disebut sebagai ansa henle berfungsi untuk memekatkan urin.  Tortora dan Derrickson (2011) menyatakan bahwa masing-masing tubulus mempunyai lapisan sel epitel yang berbeda-beda yang saling berkaitan satu sama lain dengan suatu taut erat. Pada tubulus proksimal ginjal sel epitelnya memiliki suatu tonjolan-tonjolan yang disebut sebagai mikrovili yang gunanya

Protokol Isolasi RNA Total dengan Metode Guanidine dan Sintesis cDNA

Protokol Isolasi RNA Total dengan Metode Guanidine dan Sintesis cDNA Protokol Isolasi RNA Total dengan Metode Guanidine RNA atau asam ribonukleat merupakan polimer panjang tidak bercabang yang terdiri dari nukleotida-nukleotida. Nukleotida ini bersambung dengan ikatan 3’ sampai 5’ fosfodiester. RNA dan DNA terdapat pada semua organisme prokariot dan eukariot.  Struktur kovalen RNA berbeda dengan DNA dalam dua hal, yaitu unit glukosa dalam RNA merupakan ribosa bukan deoksiribosa, dan satu dari keempat basa utama dalam RNA merupakan urasil (U) yang menggantikan timin (T) pada DNA.  Isolasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan suatu bagian dari bagian yang lainnya dengan tujuan tertentu. Tujuan dari isolasi RNA adalah digunakan untuk memisahkan RNA dari komponen sel lainnya (protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain) sehingga akan didapatkan RNA yang murni yang dapat dianalisis atau dimodifikasi lebih lanjut. Prinsip untuk isolasi RNA sebenarnya tidak terlalu jauh den